Menyelamatkan Mangrove: Pelajaran Berharga dari Fiji untuk Indonesia


Mangrove adalah salah satu ekosistem paling berharga di dunia. Di banyak negara pesisir, termasuk Fiji dan Indonesia, mangrove tidak hanya menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati, tetapi juga pelindung alami dari badai, tsunami, dan erosi pantai. Sayangnya, tekanan ekonomi sering kali menyebabkan mangrove dikorbankan demi tambak udang, lahan pertanian, atau proyek properti.

Dua studi penting dari Fiji memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga ekosistem ini.

Konservasi vs Konversi Mangrove: Studi Kasus dari Fiji

Pada tahun 1990, laporan "Conservation or Conversion of Mangroves in Fiji: An Ecological Economic Analysis" yang diterbitkan oleh East-West Center mengungkapkan dilema yang dihadapi Fiji:
Haruskah mangrove dipertahankan untuk manfaat jangka panjang, atau dikonversi untuk pertumbuhan ekonomi jangka pendek?

Studi ini menggunakan pendekatan analisis ekonomi ekologis untuk membandingkan:

  • Nilai jasa lingkungan mangrove (perlindungan pantai, habitat perikanan)

  • Versus nilai ekonomi dari konversi menjadi tambak atau lahan pertanian.

Hasilnya mengejutkan:
Dalam jangka panjang, konservasi mangrove memberikan nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi daripada konversi lahan.
Konversi hanya memberikan keuntungan cepat, namun menimbulkan biaya sosial dan ekologis yang besar: hilangnya perikanan, kerusakan pantai, dan meningkatnya risiko bencana. Lagipula, Masyarakat pesisir tradisional sangat bergantung pada mangrove untuk makanan, bahan bangunan, dan perlindungan dari badai dan konversi mangrove berisiko menghancurkan mata pencaharian mereka. Banyak komunitas nelayan di Indonesia bergantung pada mangrove, terutama untuk anak ikan (nursery grounds).

Menghitung Nilai Ekonomi Mangrove: Studi Lanjutan

Menghitung nilai ekonomi total dari ekosistem mangrove di Fiji, termasuk manfaat langsung (seperti ikan dan kayu) dan manfaat tidak langsung (seperti perlindungan pantai dan penyimpanan karbon) pada tahun 2008, "Ecological Economic Analysis of Mangrove Conservation: A Case Study from Fiji," memperdalam analisis ini.
Dengan menggunakan metode Total Economic Value (TEV), studi ini menghitung:

  • Nilai langsung: perikanan, kayu bakar, ekowisata.

  • Nilai tidak langsung: perlindungan pantai, penyimpanan karbon, keanekaragaman hayati.

  • Nilai non-guna: keberadaan dan warisan ekosistem untuk generasi masa depan.

Kembali, hasilnya konsisten: Nilai konservasi mangrove jauh lebih tinggi daripada nilai penggunaan lahan untuk pertanian atau pembangunan pesisir. Perlindungan dari badai dan erosi pantai memiliki nilai ekonomi yang besar, apalagi di negara kepulauan kecil seperti Fiji. Mangrove adalah aset ekonomi yang luar biasa, bukan beban. Melindungi mangrove tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga untuk stabilitas ekonomi nasional. 

Relevansi untuk Indonesia

Sebagai negara dengan mangrove terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan serupa.
Di berbagai daerah seperti Sumatera, Jawa, dan Sulawesi, laju deforestasi mangrove kita tinggi: untuk tambak udang, sawit, dan properti pantai. Konversi mangrove menjadi tambak udang telah menyebabkan:

  • Penurunan hasil tangkapan ikan.

  • Kerusakan garis pantai akibat abrasi.

  • Peningkatan kerentanan terhadap tsunami dan banjir rob.

Bahkan, beberapa perusahaan besar pernah dikaitkan dengan ekspansi tambak di daerah bekas hutan mangrove.

Padahal mangrove melindungi pesisir dari tsunami, badai, dan abrasi,  isu krusial untuk Indonesia yang rawan bencana. Jika Indonesia ingin menjaga keberlanjutan ekonomi dan ekologinya, pelajaran dari Fiji harus diadopsi:

  • Memasukkan nilai ekologi dalam setiap keputusan pembangunan.

  • Memberikan insentif ekonomi untuk konservasi melalui skema Pembayaran Jasa Lingkungan (PES).

  • Memberdayakan masyarakat pesisir sebagai penjaga utama ekosistem mangrove.

 Kesimpulan

Mangrove bukan hanya pohon-pohon biasa di tepi pantai. Mereka adalah benteng kehidupan, bank karbon alami, dan penopang ekonomi masyarakat pesisir.
Studi-studi dari Fiji membuktikan bahwa mempertahankan mangrove jauh lebih menguntungkan dibandingkan mengorbankannya untuk keuntungan sesaat.
Indonesia sering mengabaikan nilai ekonomis jangka panjang dari mangrove padahal Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi contoh dunia dalam konservasi mangrove asalkan kita mau belajar dari pengalaman negara lain, dan bertindak sekarang.

"Konservasi bukanlah biaya. Ia adalah investasi bagi masa depan."

Comments

Popular posts from this blog

The Role of Schools in Discovering Student Potential: A Comparison of Urban and Rural Attitudes in Indonesia

Urbanization in Indonesia

Membedah Teori W. Arthur Lewis: Pelajaran dari Pertumbuhan Ekonomi 1870–1913 untuk Indonesia Hari Ini