#1 Pulang Ke Rumah: 3 tahun

Ini adalah sebuah cerita pendek dengan serial cerita tentang pulang ke rumah sesuai apa yg aku alami dan yang aku ingat. Namaku Nabyla, aku hanya ingin menuliskan apa yang aku ingat. Sebuah ingatan tentang rasa dan tentang arti kekerabatan buat aku, yaitu rasa pulang ke rumah.

Tak banyak yang aku ingat tentang masa kecilku dibawah umur 5 tahun. Ada suatu momen dimana momen ini paling jelas ku ingat saat aku berusia 3 tahun. Di tahun ini aku pulang ke rumah dengan menyandang status baru. Aku menjadi seorang ' Kakak'.

Akhir Juli 1993, ibuku sudah di sebuah rumah sakit di Jakarta. Sudah dalam ruang persalinan. Seperti yang aku ingat, Ayahku dan aku menunggu di luar ruangan. Aku berangkat dari rumah dengan perasaan tak tahu apa apa. Yang aku tahu hanya ibuku akan melahirkan. Itu saja yang orang tuaku bicarakan.

Pada waktu itu, aku adalah anak yang sangat susah untuk diarahkan. Gerakku sangat aktif dan aku bisa menangis dimana saja. Jelas tentu Ayah dan Ibuku khawatir aku akan mengganggu orang orang yang ada di rumah sakit. Untuk mengatasi kebosanan di siang hari sambil menunggu kapan adikku ini akan lahir, Ayahku mengajakku untuk jalan jalan di depan rumah sakit itu. Ya, di depan rumah sakit itu memang banyak pedagang makanan.

Aku meminta dibelikan Bakpao kacang merah, yang sebenarnya aku tak tahu rasanya seperti apa. Dalam sepenglihatanku Bakpao itu terlihat besar dan putih seperti enak untuk dimakan. 

"Yah, byla mau itu". Aku berkata.

" Yang mana? Yang Bakpao? Bakpao itu? Emangnya suka? Udah tahu rasanya kaya apa? Dihabiskan ya kalau sudah di beli." Kemudian ayahku membelinya.

Dan rasanya membuat aku menghabiskannya dalam sekejap. Ternyata enak. Sehabis itu aku duduk di depan rumah sakit sambil menunggu ayah menghabiskan makanan yang ia beli. Samar dalam ingatanku tentang apa yang ia makan. Kemudian kami jalan jalan lagi di seputaran rumah sakit sambil menghabiskan waktu sampai sore. Ada sebuah pasar swalayan disana. Ayah beli beberapa kebutuhan untuk di dalam rumah sakit jika adikku sudah lahir. Aku diperbolehkan untuk membeli apa yabg aku suka. Dan aku membeli susu. Hari sudah menjelang malam dan setelah itu kami kembali ke dalam rumah sakit. 

Ternyata, eyang aku sudah sampai di depan ruang persalinan. Aku sibuk bermain di dalam ruangan sampai aku lelah dan tertidur. Masih tidak paham kalau sebentarlagi aku akan mendapatkan tugas. Hari berganti, dan awal Agustus ini adikku lahir. Seorang perempuan. Aku melihatnya dari balik kaca.

Aku telah menjadi kakak kala itu, seseorang yang bertanggung jawab untuk menjaga adiknya. Seseorang yang dalam kekerabatannya telah naik tingkat. Aku tidak bisa lagi merengek kepada orang tuaku. Dan aku sudah harus lapang dada untuk berbagi semuanya. Kasih sayang dan mainanku.

Begitulah kebahagiaan setelah dia lahir. Banyak doa dan harapan orang orang kepadanya. Tak berapa lama di rumah sakit. Kami pulang ke rumah dengan anggota baru.

Seperti itulah potret 'keluarga' kami. Seperti kata itu juga keluarga adalah dimana hatimu berada. Seperti itulah rasa ketika pulang ke rumah. Disana, mereka akan menyambutku dengan senyuman.


Comments

Popular posts from this blog

The Role of Schools in Discovering Student Potential: A Comparison of Urban and Rural Attitudes in Indonesia

Urbanization in Indonesia

Membedah Teori W. Arthur Lewis: Pelajaran dari Pertumbuhan Ekonomi 1870–1913 untuk Indonesia Hari Ini