Posts

Showing posts from May, 2025

Perencanaan Pembangunan dan Teori Dual-Sektor W. Arthur Lewis: Relevansinya bagi Strategi Ekonomi Indonesia

Dalam dunia ekonomi pembangunan, nama W. Arthur Lewis tak bisa dilewatkan. Peraih Nobel Ekonomi asal Saint Lucia ini dikenal lewat teori dual-sektornya yang menyoroti keterbelahan antara sektor tradisional dan sektor modern dalam perekonomian negara berkembang. Teori ini tak hanya menjelaskan bagaimana tenaga kerja berpindah dari sektor pertanian ke industri, tetapi juga menekankan pentingnya perencanaan pembangunan yang terarah untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang. Indonesia, sebagai negara dengan warisan kolonial, ketergantungan pada sumber daya alam, serta struktur ekonomi yang masih dualistik, dapat mengambil banyak pelajaran dari pemikiran Lewis. Tulisan ini mencoba menelaah bagaimana pemikiran Lewis tentang pembangunan dan perencanaan dapat diterapkan dalam konteks Indonesia saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan transformasi struktural dan ketimpangan sektor. W. Arthur Lewis mengembangkan teori dual-sektor (dual-sector model) pada tahun 1954 sebagai kerangka untuk m...

Behind the Silence of the State: The Collective Wounds from the Border's Edge (Tarakan)

We may never set foot in Tarakan, but what happens there should disturb our collective conscience. In these places, children have been found dead in refrigerators, women have been raped, fishermen have lost their rights, and people have been carried across hills because there’s no road to the hospital. For some, this is just a brief local news story that passes by on the timeline. But for those who live there, it’s a reality that continues to erode dignity and hope. This blog is written not to blame but to remind: that the collective wounds from the border regions are a shared failure of us all as a nation. Tarakan, as one of the isolated border regions, is not only plagued by social and economic problems but also structural injustices that haunt the everyday lives of its people. Behind the visible poverty, there are deeper issues that have never been truly resolved. One common phenomenon is the conflict between the Bugis and Tidung tribes in Tarakan. These conflicts are not just about...

Di Balik Diamnya Negara: Luka Kolektif dari Ujung Perbatasan (Tarakan)

Kita mungkin tak pernah menginjakkan kaki di Tarakan, tapi apa yang terjadi di sana seharusnya mengganggu nurani kita semua. Di tempat-tempat itu, anak-anak ditemukan tewas dalam kulkas, perempuan diperkosa, nelayan kehilangan haknya, dan warga digotong melintasi bukit karena tak ada jalan menuju rumah sakit. Bagi sebagian orang, ini hanya deretan berita lokal yang lewat sekejap di linimasa. Namun, bagi mereka yang tinggal di sana, ini adalah kenyataan yang terus mengikis harga diri dan harapan. Blog ini ditulis bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk mengingatkan: bahwa luka kolektif dari ujung perbatasan adalah kegagalan kita bersama sebagai bangsa. Tarakan, sebagai salah satu wilayah perbatasan yang terisolasi, tidak hanya dilanda masalah sosial dan ekonomi, tetapi juga ketidakadilan struktural yang merundung kehidupan sehari-hari penduduknya. Di balik kemiskinan yang tampak kasat mata, ada masalah yang lebih mendalam, yang tak pernah benar-benar terselesaikan. Salah satu fenomena yan...

Pelajaran dari Industri Gula Fiji: Peluang dan Tantangan Sektor Gula di Indonesia

Industri gula telah lama menjadi salah satu sektor penting di banyak negara tropis, termasuk di kawasan Pasifik seperti Fiji. Dalam buku Ganna: Portrait of the Fiji Sugar Industry (2008) , terdapat wawasan mendalam mengenai perjalanan industri gula di negara tersebut, yang telah menghadapi berbagai tantangan seperti ketergantungan pada tenaga kerja musiman dan fluktuasi harga pasar internasional. Meski Fiji dan Indonesia memiliki konteks geografis dan sosial yang berbeda, tantangan yang dihadapi oleh industri gula di kedua negara memiliki kesamaan, terutama dalam hal keberlanjutan dan daya saing. Blog ini bertujuan untuk menggali pelajaran yang dapat diambil dari industri gula di Fiji dan mengaitkannya dengan tantangan serta peluang yang ada dalam industri gula Indonesia, yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Industri gula di Fiji memiliki sejarah panjang yang berawal pada akhir abad ke-19, saat kolonialisasi Inggris membawa pekerja dari India untuk mengisi kekuran...

Membaca Ulang Tropical Development 1880–1913: Analisis W. Arthur Lewis dan Implikasinya bagi Indonesia

W. Arthur Lewis, ekonom peraih Nobel yang dikenal karena analisisnya tentang dualisme ekonomi dan pembangunan negara-negara berkembang, kembali mengguncang dunia akademik lewat bukunya Tropical Development 1880–1913 (1971). Dalam buku ini, Lewis mengangkat isu yang kerap terabaikan: mengapa negara-negara tropis, meskipun kaya sumber daya alam, gagal mengalami transformasi ekonomi seperti negara-negara Barat? Ia menelaah periode 1880 hingga 1913—masa ekspansi kolonial besar-besaran—dan menunjukkan bagaimana struktur ekonomi tropis dibentuk untuk melayani kepentingan pusat, bukan pinggiran. Tulisan ini berupaya membedah pemikiran Lewis dalam buku tersebut, sekaligus mempertanyakan: sejauh mana warisan ekonomi kolonial tropis masih memengaruhi wajah ekonomi Indonesia hari ini? Dalam Tropical Development 1880–1913 , W. Arthur Lewis mengembangkan analisis kritis terhadap ekonomi negara-negara tropis selama periode kolonial, dengan fokus pada struktur ekonomi yang sangat bergantung pada eks...

Membedah Teori W. Arthur Lewis: Pelajaran dari Pertumbuhan Ekonomi 1870–1913 untuk Indonesia Hari Ini

W Arthur Lewis adalah seorang ekonom asal St Lucia. Dia merupakan salah satu peraih Nobel Ekonomi. Ada buku yang pertama dia tulis berjudul " Growth and Fluctations 1870 - 1913". Buku itu menganalisa tentang dinamika ekonomi global antara tahun 1870 hingga 1913, termasuk fluktuasi harga, output industri dan pertanian, serta peran standar emas dalam sistem moneter internasional. Pada periode tersebut Indonesia belum merdeka dan masih di jajah oleh Kolonial Belanda. Dinamika ekonomi global yang waktu itu pertumbuhan negara negara industri signifikan dan fluktuasi harga komoditas dan output industri mempengaruhi ekonomi kolonial Hindia Belanda. Zaman kolonial, ekonomi Indonesia dibentuk untuk  mengekspor bahan mentah  seperti karet, kelapa sawit, kopi, dan minyak bumi ke pasar internasional. Dikarenakan ketergantungan ini membuat Indonesia  rentan terhadap fluktuasi harga global . Kalau harga jatuh, pendapatan negara ikut turun. Selain itu, ekspor komoditas mentah  tida...